CINTA ITU ADA!!!!
oleh Dofi Rotus Saniyah
Entah dari mana aku memulainya, mungkin dari huruf A atau mungkin dari huruf S, tapi tidak, semua ini bukan sebuah abjad. Tapi ini sebuah perasaan, dan perasaan itu datang secara tiba-tiba, aku sendiri tidak tahu cinta itu datang dari mana, orang bilang cinta itu datang dari mata kemudian turun ke hati, tapi menurutku tidak, cinta itu datang dari hati dan tumbuh berkembang di sebuah ruang rindu, dimana ruang itu hanya kita, ya hanya kau dan aku yang tahu, tapi Tuhan juga tahu dimana ruang rindu itu berada.
Sudah hampir setahun aku mengenal dia, aku mengenal dia di dunia maya, saat itu aku tengah asik chatting, tiba-tiba dia menyapaku dan saat itu juga kami bertukar nomor handphone hinggga saat ini setiap hari kami selalu bertukar kabar, bertukar cerita, bertukar pengalaman, bertukar pengetahuan dan macam-macam.
“Menurutku Negara ini, bla bla blaa” itu yang selalu dia diskusikan dengan ku, tentang Negara, tentang bangsa ini yang menurut dia sedikit rusak, tidak sesuai dengan apa yang dia harapkan. Aku hanya bisa mengeluh, kenapa kamu lebih suka ngomongin Negara ini, kenapa kamu lebih suka ngomongin harga cabai, harga minyak bumi yang kian melambung tinggi, kamu ga pernah coba ngomongin tentang perasan ini, tentang aku yang sudah lama bertarung dengan waktu, dengan kesabaran dan ketidak pastian.
Kemudia ia bertanya, “kamu mengerti maksudku, kamu paham apa yang kita diskusikan kali ini”
“sedikit” jawabku singkat….
“kalo diskusi kaya gini aku jadi emosi” itu kata-kata akhir yang ia ucapkan selepas diskusi.
Sebenarnya aku sudah muak dengan semua ini, aku sudah terlalu lama menunggu kedatangan nya, untuk apa semua ini, untuk apa? Pertanyaan itu selalu berputar-putar dikepalaku,
“kenapa kamu ga punya pacar disana?” tanyaku lirih
“untuk apa pacar? Aku ingin istri bukan pacar” jawabnya tegas
“yaudah kamu cari istri”
“ini aku lagi usaha” jawabnya singkat
Begitulah Dia setiap kali aku mulai lemah, setiap kali rasa ini mulai mencair, dia selalu melakukan berbagai cara mengeluarkan kata-kata yang membuat keras hati ini, kembali membuat keras perasaan ku ini untuk melawan waktu yang aku sendiri tidak tahu kapan waktu itu akan kalah dengan kerasnya hati ini.
“kapan kamu mau temui aku” tanyaku
“kalo pekerjaanku beres aku akan menemuimu secepatnya, ga perlu nunggu tahun depan, kalo dua bulan kemudian pekerjaanku beres, aku akan segera menemuimu.” Jawabannya selalu begitu, dan pertanyaanku juga selalu begitu.
“ kenapa dipertanyakan lagi, kalo umi sendiri sudah tahu 1+1 itu sama dengan 2” itu juga, ya itu semua sering ia keluarkan dari mulutnya setiap kali aku mengeluh dengan keadaan ini, setiap kali aku bertanya kapan kau datang dan temui aku.
Sebenarnya kalau bisa aku ingin merubah 1+1 itu bukan 2 tapi tiga, atau tetap satu, tapi memang sudah begitu rumusnya tidak bisa di ubah.
“tring tring tring tring” handphoneku berdering keras memecah kesunyian, membuyarkan lamunanku tetang dia….
“Angga” di layar handphone tertera nama Angga, seorang teman yang ku kenal sejak kecil, sejak aku duduk di bangku SD, tak ku sangka ternyata semenjak SD ia menyukaiku hingga saat ini, sampai aku duduk di bangku kuliah semester IV, aku tidak tahu kenapa dulu ia selalu menggangguku, mengejekku, menjahiliku, mungkin ia menyukaiku dan bodohnya aku baru menyadari kalo memang dia benar-benar menyukaiku.
“kalo kamu memang menyukaiku, temui aku sekarang juga,” tantangku saat itu.
“ya akan aku temui kamu sekarang juga” jawab dia tegas
Saat itu, aku masih ingat, dengan wajah penuh keringat dan nafas yang tidak teratur ia datang menemuiku, menungguku didepan pintu gerbang kampus.
“aku ga bisa kaya gini, aku ga mau persahabatan kita di nodai dengan sebuah cinta, aku ga bisa manggil kamu dengan sebutan sayang, ayah, papah, abang, aa atau semacam apalah yang orang –orang selalu lontarkan tehadap pacar-pacar mereka.” Dengusku saat itu.
“baiklah, ini yang kedua kalinya, aku ga mau terus-terusan disakiti, aku ga mau terus-terusan di permainkan oleh perasaan kamu yang aneh itu, anggap aja kita ga pernah kenal,” Tiba-tiba saja dia berkata seperti itu saat aku memutuskan dia, hanya 3 hari kita pacaran, tanpa kencan.
Sudah sering aku melakukan hal seperti ini, lain lagi dengan wahyu teman SMAku, akhir-akhir ini dia rajin menjemputuku pulang kuliah, ada apa, entahlah aku tidak tahu, tapi dulu sewaktu aku sekolah aku pernah mendengar dari mulut dia aku mendengar dengan telingaku, dia menyukaiku, tapi entah mengapa perasaan cinta ini lebih kuat untuk dia yang jauh disana, untuk dia yang sedang berjuang menyelesaikan pekerjaannya, untuk dia yang sampai ini aku belum tahu bagaimana wajahnya, bagai mana rupanya, tinggi kah dia, tampankah dia mancungkah hidungnya, aku tidak tahu itu, hanya foto setengah badan yang kupunya, hanya foto dengan tatapan tajam yang aku punya.
“tring” aku tak menjawab telfon dari Angga, aku abaikan begitu saja
***
Malam ini aku sendiri dikamar, mengunci rapat-rapat pintu kamar, aku tidak mau ada satu orangpun yang masuk ke dalam kamarku, bila perlu seekor lalat atau nyamuk sekalipun tidak boleh ada yang masuk ke dalam kamarku yang sederhana ini.
“Kenapa kamu ga hubungi aku hari ini” tanyaku dalam hati, tanyaku pada handpohne, tanyaku pada tembok, tanyaku pada cermin, tapi mereka semua tidak ada yang mampu menjawab kegelisahan hati ini….
“Dia sedang sibuk, Dia sedang berjuang di medan perang, Dia juga sama sedang berjuang melawan waktu, sedang berjuang melawan kerinduan, ya kerinduan yang tidak tahu dari mana rindu itu datangnya” suara itu terdengar dari dasar hatiku, .
Saat itu juga aku menangisi kebodohan ini, menangisi setiap detik waktu yang berlalu begitu saja, kalau mencari orang bodoh mungkin aku orangnya, ya merindukan, menangisi, mencintai terhadap orang yang sama sekali belum pernah aku temui.
“triing triing” handphoneku berdering keras memecah kesunyian.
“Abi” nama panggilan sayangku padanya, Dia memanggilku Umi, aku memanggilnya Abi, setahun kemarin kami sepakat dengan panggilan sayang itu..
“Assalamu’alaikum” sapanya di ujung telfon sana
“wa’alaikumsalam, dari mana saja hari ini? Baru inget aku?” Tanyaku berubi-tubi.
“dari tahun 45pun aku sudah ingat umi, umi tahu kan hari ini hari buruh sedunia, tadi siang ada unjuk rasa buruh, aku ada tugas buat ngepam, terus sekitar jam 5 sore ada laporan di kota Surabaya ada perampokan, Aku baru beres langsung telfon umi” jawabnya panjang lebar.
“yasudah aku ngerti kerjaan kamu,” jawabku bimbang antara percaya atau tidak dengan alasan yang dia buat.
Tapi memang selama setahun, selama itu dia belum pernah menunjukan tanda-tanda kalu dia punya pacar, atau tanda-tanda kalu dia punya istri atau tanda tanda dia selingkuh. Seperti itu, sebelum bekerja, sebelum bertemu dengan penjahat-penjahat yang ada di Negara ini dia selalu menghubunguku, menyempatkan diri untuk meminta ijin padaku kalau dia mau berangkat kerja, dan selepas kerja dia selalu menghubungiku menjelaskan apa saja yang ia lakukan hari ini.
Tapi tetap saja perasaan ini selalu takut, selalu takut akan kehilangan dia selalu takut akan di lupakan oleh seseorang teman, bukan teman mungkin pacar tapi bukan juga seorang pacar karena aku dan dia belum pernah ada kata pacaran. Banyak sekali pelajaran dari perasaan yang tidak jelas ini, dari perasaan yang hanya bisa dirasakan lewat suara, bukan dari tatapan, hanya pendengaran, sepeti orang buta saja, pikirku dalam Hati, pelajaran yang ku ambil adalah, aku semakin mengerti apa itu cinta apa itu menunggu apa itu bersabar apa itu dewasa, ya dia selalu mengajarkanku bagaimana caranya dewasa, bagaimana caranya bersabar.
“Apa aku harus keluar saja dari pekerjaan ini? Aku juga capek, lelah dengan semua ini, aku sudah coba cuti, tapi belum di tanggapi” jelasnya saat suaraku mulai terdengar parau.
“aku ga mau hancurin cita-cita kamu, aku cuma butuh satu hari, ga lebih, cukup satu hari temui aku disni” pintaku sambil menggigit bibir menahan air mata yang kini mulai sesak di dada.
“aku pasti datang, sekarang tugas kita hanya bersabar dan saling menjaga” jawabnya meyakinkan hatiku yang mulai melemah.
Aku selalu bertanya dalam hati, kenapa hati ini tidak sesabar dia, tidak sekuat dia. Apa disana dia punya pacar? Ah sudahlah aku tidak mau bertarung dengan pertanyaan bodoh yang selalu menghantuiku.
“Seandainya jarak serang dan surabaya dekat, mungkin setiap hari akan kutemui dia.” Gumamku dalam hati.
Saat itu juga aku teringat sebuah kisah, ya sama seperti aku, menyukai seseorang yang belum ia temui kisah seorang pasangan kekasih yang terbentang jarak begitu jauhnya antara amerika dan Australia, jauh bukan? Tapi mereka begitu kuat, mereka lalui detik demi detik jam demi jam hari demi hari bulan demi bulan tahun demi tahun, dan akhirnya waktu itu datang, dan cinta itu benar-benar ada, mereka bertemu dan menikah, hanya itu yang bisa menguatkanku, kisah itu yang mampu meyakinkanku bahwa aku dan dia yang tidak begitu jauh, hanya serang Surabaya, kita masih satu atap, masih satu langit, masih satu bumi. Aku yakin cinta itu ada, dan aku bisa merasakan bahwa dia yang jauh disana mempunyai perasaan yang sama seperti diriku.
By: Dofi Rotus Saniyah
tweet : @Dofiechanie2
0 komentar:
Posting Komentar