SEJARAH PERINGATAN MAULID NABI SAW

Sejarah Peringatan Maulid Nabi SAW


Sejarah, Peringatan, Maulid, Nabi, SAW


- Maulid Nabi adalah perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW yang diperingati setiap tanggal 12 rabiul awal dalam penanggalan Hijriah. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad wafat. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekpresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. 

Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pertama kali dilakukan oleh Raja Ibril (wilayah irak sekarang)  bernama Muzhaffaruddin Al-Kaukabri pada awal abad ke-7 hijriah. Dalam kitab Tarikh, Ibnu Katsir berkata:

"Sultan Muzhaffar mengadakan peringatan Maulid Nabi pada bulan Rabi'ul Awal. Beliau mengadakan acara secara besar-besaran. Beliau adalah seorang yang berani, pahlawan, alim dan seorang yang adil" - semoga Allah merahmatinya.

Dijelaskan oleh Sibth (cucu) Ibn Al-Jauzi bahwa dalam peringatan tersebut, Sultan Al-Muzhaffar mengundang seluruh rakyatnya dan seluruh ulama dari berbagai disiplin ilmu, baik ulama dalam bidang ilmu Fiqh, ulama Hadits, ulama dalam bidang ilmu kalam, ulama usul, para ahli tasawuf, dan lainnya. Sejak tiga hari, sebelum hari pelaksanaan Maulid Nabi, beliau telah melakukan berbagai persiapan. Ribuan kambing dan unta disembelih untuk hidangan para hadirin yang akan hadir dalam perayaan Maulid Nabi tersebut. Segenap para ulama saat itu membenarkan dan menyetujui apa yang dilakukan oleh Sultan Al-Muzhaffar tersebut. Mereka semua berpandangan dan menganggap baik perayaan Maulid Nabi yang digelar untuk pertama kalinya itu.

Ibn Khallikan dalam kitab Wafayat Al-A`yan menceritakan bahwa Al-Imam Al-Hafizh Ibn Dihyah datang dari Maroko menuju Syam dan seterusnya ke Irak. Ketika melintasi daerah Irbil pada tahun 604 Hijriah, beliau mendapati Sultan Al-Muzhaffar, raja Irbil tersebut sangat besar perhatiannya terhadap perayaan Maulid Nabi. Oleh karena itu, Al-Hafzih Ibn Dihyah kemudian menulis sebuah buku tentang Maulid Nabi yang diberi judul “Al-Tanwir Fi Maulid Al-Basyir An-Nadzir”. Karya ini kemudian beliau hadiahkan kepada Sultan Al-Muzhaffar.

Para ulama, semenjak zaman Sultan Al-Muzhaffar dan zaman selepasnya hingga sampai sekarang ini menganggap bahwa perayaan Maulid Nabi adalah sesuatu yang baik. Para ulama terkemuka dan Huffazh Al-Hadits telah menyatakan demikian. Di antara mereka seperti Al-Hafizh Ibn Dihyah (abad 7 H), Al-Hafizh Al-Iraqi (w. 806 H), Al-Hafizh As-Suyuthi (w. 911 H), Al-Hafizh Al-Sakhawi (w. 902 H), SyeIkh Ibn Hajar Al-Haitami (w. 974 H), Al-Imam Al-Nawawi (w. 676 H), Al-Imam Al-Izz ibn Abd Al-Salam (w. 660 H), mantan mufti Mesir yaitu Syeikh Muhammad Bakhit Al-Muthi’i (w. 1354 H), mantan Mufti Beirut Lubnan yaitu Syeikh Mushthafa Naja (w. 1351 H), dan terdapat banyak lagi para ulama besar yang lainnya. Bahkan Al-Imam Al-Suyuthi menulis karya khusus tentang Maulid yang berjudul “Husn Al-Maqsid Fi Amal Al-Maulid”. Karena itu perayaan Maulid Nabi, yang biasa dirayakan pada bulan Rabi'ul Awal menjadi tradisi umat Islam di seluruh dunia, dari masa ke masa dan dalam setiap generasi ke generasi.

Para ahli sejarah, seperti Ibn Khallikan, Sibth Ibn Al-Jauzi, Ibn Kathir, Al-Hafizh Al-Sakhawi, Al-Hafizh Al-Suyuthi dan lainnya telah sepakat menyatakan bahwa orang yang pertama kali mengadakan peringatan maulid adalah Sultan Al-Muzhaffar. Namun juga terdapat pihak lain yang mengatakan bahwa Sultan Salahuddin Al-Ayyubi adalah orang yang pertama kali mengadakan Maulid Nabi. Sultan Salahuddin pada kala itu membuat perayaan Maulid dengan tujuan membangkitkan semangat umat islam yang telah padam untuk kembali berjihad dalam membela islam pada masa Perang Salib.

Ahmad bin ‘Abdul Halim Al Haroni rahimahullah mengatakan,

صَلَاحِ الدِّينِ الَّذِي فَتَحَ مِصْرَ ؛ فَأَزَالَ عَنْهَا دَعْوَةَ العبيديين مِنْ الْقَرَامِطَةِ الْبَاطِنِيَّةِ وَأَظْهَرَ فِيهَا شَرَائِعَ الْإِسْلَامِ

Artinya:
Sholahuddin-lah yang menaklukkan Mesir. Beliau menghapus dakwah ‘Ubaidiyyun yang menganut aliran Qoromithoh Bathiniyyah (aliran yang jelas sesatnya, pen). Shalahuddin-lah yang menghidupkan syari’at Islam di kala itu.

Dalam perkataan lainnya, Ahmad bin ‘Abdul Halim Al Haroni rahimahullah mengatakan,

فَتَحَهَا مُلُوكُ السُّنَّة مِثْلُ صَلَاحِ الدِّينِ وَظَهَرَتْ فِيهَا كَلِمَةُ السُّنَّةِ الْمُخَالِفَةُ لِلرَّافِضَةِ ثُمَّ صَارَ الْعِلْمُ وَالسُّنَّةُ يَكْثُرُ بِهَا وَيَظْهَرُ

Artinya:
Negeri Mesir kemudian ditaklukkan oleh raja yang berpegang teguh dengan Sunnah yaitu Shalahuddin. Beliau yang menampakkan ajaran Nabi yang shahih di kala itu, berseberangan dengan ajaran Rafidhah (Syi’ah). Di masa beliau, akhirnya ilmu dan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam semakin terbesar luas.

Sumber lain mengatakan perayaan Maulid yang sebenarnya diprakarsai oleh Dinasti Fatimiyyun sebagaimana dinyatakan oleh banyak ahli sejarah. 

Berikut perkataan ahli sejarah mengenai Maulid Nabi.

Al Maqriziy, seorang pakar sejarah mengatakan, “Para khalifah Fatimiyyun memiliki banyak perayaan sepanjang tahun. Ada perayaan tahun baru, hari ‘Asyura, maulid (hari kelahiran) Nabi, maulid Ali bin Abi Thalib, maulid Hasan dan Husain, maulid Fatimah az-Zahra, maulid khalifah yang sedang berkuasa, perayaan malam pertama bulan Rajab, perayaan malam pertengahan bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Sya’ban, perayaan malam pertengahan bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Ramadhan, perayaan malam penutup Ramadhan, perayaan ‘Idul Fithri, perayaan ‘Idul Adha, perayaan ‘Idul Ghadir, perayaan musim dingin dan musim panas, perayaan malam Al Kholij, hari Nauruz (Tahun Baru Persia), hari Al Ghottos, hari Milad (Natal), hari Al Khomisul ‘Adas (3 hari sebelum paskah), dan hari Rukubaat.”

Asy Syaikh Bakhit Al Muti’iy, mufti negeri Mesir dalam kitabnya mengatakan bahwa yang pertama kali mengadakan enam perayaan maulid yaitu: perayaan Maulid (hari kelahiran) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maulid ‘Ali, maulid Fatimah, maulid Al Hasan, maulid Al Husain –radhiyallahu ‘anhum- dan maulid khalifah yang berkuasa saat itu yaitu Al Mu’izh Lidinillah (keturunan ‘Ubaidillah dari dinasti Fatimiyyun) pada tahun 362 H.

Begitu pula Asy Syaikh ‘Ali Mahfuzh dalam kitabnya Al Ibda’ fi Madhoril Ibtida’ (hal. 251) dan Al Ustadz ‘Ali Fikriy dalam Al Muhadhorot Al Fikriyah (hal. 84) juga mengatakan bahwa yang mengadakan perayaan Maulid pertama kali adalah ‘Ubaidiyyun (Fatimiyyun).
 
Perayaan Maulid Nabi Di Indonesia
 
Masyarakat muslim di Indonesia umumnya menyambut Maulid Nabi dengan merayakan-perayaan keagamaan seperti pembacaan shalawat nabi, pembacaan syair barzanji dan pengajian. Menurut penanggalan jawa bulan rabi'ul awal disebut dengan bulan Mulud dengan perayaanpada masing-masing daerah berbeda.

Berikut beberapa tempat yang khas dalam merayakan Maulud Nabi SAW,

1. Cirebon


Sejarah, Peringatan, Maulid, Nabi, SAW

Di Cirebon upacara Panjang Jimat difokuskan pada dua tempat. Yaitu di Keraton Kasepuhan dan di Astana Gunung Jati.

2. Jogjakarta dan Surakarta

Sejarah, Peringatan, Maulid, Nabi, SAW

Di Jogjakarta dimasing-masing keraton dengan acaranya Grebeg Mulud. Pada zaman kesultanan Mataram perayaan Maulid Nabi di sebut Grebeg Mulud. Kata Grebeg berarti "mengikuti" yaitu mengikuti sultan dan para pembesar keluar dari Kraton menuju masjid untuk mengikuti perayaan Maulid Nabi lengkap dengan sarana upacara seperti nasi gunungan dan sebagainya.
 
3. Madura
 
Sejarah, Peringatan, Maulid, Nabi, SAW
 
Di Madura acara Maulid Nabi disebut juga "Muludhen". Pada acara ini di isi dengan Pembacaan Barzanji dan ceramah keagamaan yang menceritakan tentang ahlaq Nabi Muhammad SAW pada masanya untuk dijadikan suri tauladan bagi pengikutnya hingga akhir zaman.
 
4. Garut
 
Sejarah, Peringatan, Maulid, Nabi, SAW
 
Dalam merayakan Maulid Nabi, di Garut mengadakan upacara Ngalungsur yaitu upacara ritual dimana barang-barang pusaka peninggalan Sunan Rohmat (Sunan Godok/Kian Santang) setiap setahun sekali dibersihkan atau dicuci dengan air bunga-bunga dan digosok dengan minyak wangi agar tidak berkarat.  Acara ini di fokuskan di Desa Lebak Agung, Karangpawitan.
 
5. Aceh
 
Sejarah, Peringatan, Maulid, Nabi, SAW
 
Manyambut tradisi Maulid Nabi di Aceh, diadakan upacara Kenduri Maulid Nabi diawali dengan Shalawat, Dzikir dan syair-syair mengagungkan nama Allah SWT dan mendo'akan keselamatan Rasulullah SAW beserta keluarganya. beserta sahabat serta untuk seluruh umat Islam. Shalawat, zikir dan syair ini dibawakan para remaja putra maupun putri. Suara-suara itulah yang dirangkum dalam bentuk “Barzanji” yang merupakan salah satu ciri khusus dalam tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW di Aceh.
 
Acara Kenduri Maulid dilaksanakan di mushola atau masjid. Hidangan yang tersedia memang dibawa para jamaah dari rumah. Biasanya sebelum disantap bersama-sama akan dilaksanakan doa bersama. Setelah itu para jamaah akan makan bersama. Ada salah satu larangan atau pantangan saat Kenduri Maulid, yaitu makanan yang disediakan harus habis atau jika sisa harus dibawa pulang. Sebab sangat pantang menelantarkan kenduri karena ini adalah sedekah.

Hari Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan hari peringatan lahirnya Nabi Muhammad SAW. Kata maulid atau milad dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara substansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. 

6. Kudus

Sejarah, Peringatan, Maulid, Nabi, SAW

Ampyang Maulid adalah sebuah perayaan di Kabupaten Kudus yang dilaksanakan oleh masyarakat Loram Kulon guna memperingati maulid Nabi Muhammad SAW. Ampyang maulid menjadi salah satu budaya yang dilestarikan sampai sekarang dan diperingati setiap tanggal 12 Robi’ul Awwal. Pada peserta acara ini meliputi musholla-musholla serta dukuh yang berada di kawasan Loram Kulon. Namun lama kelamaan tradisi ini justru makin berkembang sehingga menyebabkan para peserta bertambah, mulai dari madrasah-madrasah bahkan organisasi serta lembaga-lembaga luar Loram Kulon.

7. Majene, Sulawesi Barat

Sejarah, Peringatan, Maulid, Nabi, SAW

Sayyang Pattuddu adalah pementasan dan kontes kuda hias yang digelar di halaman Gedung Asamaleuang Majene.Dalam kontes kuda hias tersebut  setiap kelompok menampilkan dua ekor kuda yang ikut menari saat grup tebana memainkan rebananya. Dalam kegiatan ini para peserta juga akan melantunkan pantun yang berisi pesan pesan keagamaan beberapa diantaranya juga memasukan pantun bertema sosial tentang kenyataan hidup yang mereka alami.

Setelah acara Sayying Pattuddu, acara dilanjutkan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW yang di selenggarakan di lingkungan Salabose, Kelurahan Pangaliali, Kecamatan Banggae sekaligus menjadi pusat perayaan maulid.

Itulah Sejarah Peringatan Maulid Nabi SAW  dan kegiatan-kegiatan Perayaan Maulid di berbagai tempat di Indonesia yang merupakan bentuk dan cara mereka melaksanakan ritual perayaan Maulid di daerahnya masing-masing yang pada initinya tetap mengekpresikan  kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW

Dari berbagai sumber


 
   
 
 




   

0 komentar:

Posting Komentar