Sejarah Layang-Layang
- Entah sejak kapan layang-layang dikenal di Indonesia, Belum ada sumber sejarah yang menyebutnya secara pasti. Beberapa rangkaian pada relief di candi-candi sekilas hanya menampilkan layang-layang berupa bagian dari tumbuhan yang diterbangkan dengan seutas tali.
Penemuan sebuah lukisan gua di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara pada awal abad ke-21 yang memberikan kesan orang bermain layang-layang, menimbulkan spekulasi bahwa tradisi layang-layang sudah lama muncul di Indonesia. Banyak juga ditemukan bentuk-bentuk primitif layang-layang yang terbuat dari daun-daunan.
Di Indonesia sendiri catatan pertama mengenai layang-layang adalah dari Sejarah Melayu (Sulalatus Salatin) dari abad ke-17, yang menceritakan suatu festifal layang-layang yang di ikuti oleh seorang pembesar kerajaan.
Menurut sumber lain, layang-layang telah di kenal sejak 3.000 tahun yang lalu di China. Di negara ini layang-layang juga sering di sebut "Rajawali Kertas". Dari negeri China layang-layang kemudian disebar luaskan kenegara Asia lainnya seperti Korea, Jepang, Indonesia, Malaysia dan India. Pendapat lain juga mengatakan bahwa layang-layang ditemukan pada abad ke-5 SM oleh ilmuwan Yunani yang benama Tarentum.
Ada kisah menarik tentang layang-layang di China. Pada masa pemerintahan Dinasti Han (200 SM-200 M), militer China menempelkan potongan batang bambu pada layang-layang mereka. Saat layang-layang melintasi pasukan musuh, angin yang menerobos rongga bambu mengeluarkan bunyi siulan. Barangkali karena jumlahnya yang begitu banyak, siulannya menjadi bergemuruh. Cukup untuk membuat musuh panik dan pontang panting melarikan diri.
Dalam bahasa Inggris, layang-layang dikenal dengan sebutan Kite. Nama ini diambil dari nama burung pemangsa yang anggun dan lemah gemulai kepak sayapnya saat terbang.
Di Asia, layang-layang kerap kali dikaitkan dengan upacara keagamaan atau kepentingan keagamaan. Banyak layang-layang dari China yang berbentuk Naga dari cerita rakyat. Bentuk tradisional lainnya adalah burung, kupu-kupu bahkan kelabang.
Di Malaysia, menerbangkan layang-layang dari atas runah pada malam hari dipecaya dapat menjauhkan dari roh jahat.
Selain sebagai permainan, pada abad pertengahan, di China layang-layang dibuat sebagai tujuan militer. anatara lain untuk mengintai musuh dan mengukur jarak keberadaan musuh.
Di Korea, ritual menerbangkan layang-layang yang ditulis dengan nama dan tanggal lahir seorang bayi selalu dilaksanakan setiap tahun. Tradisi tersebut di maksudkan agar si bayi selamat sampai dengan hari tua.
Layang-layang juga menyebar sampai ke Eropa. Bentuk layang-layang di Eropa mulai berkembang pada abad pertengahan (1100-1500). Salah satunya dikembangkan dengan panji-panji militer berupa kantung kantung penangkap angin. Baru sekitar tahun 1500-an muncul bentuk jajaran genjang yang kemudian menjadi populer di Eropa.
Tertua
Layang-layang yang terdokumentasi diketahui memiliki beragam bentuk unik. Ada layang-layang yang terbuat dari daun. Ada layang-layang berukuran demikian besar sehingga untuk menaikkannya harus dilakukan oleh beberapa orang. Ada juga layang-layang yang amat kecil, terbuat dari kain sutera buatan China.
Menurut dasarnya layang-layang dikelompokan menjadi lima jenis. Yang tertua, rata berbentuk jajaran genjang. Jenis ini memerlukan ekor untuk menimbulkan tahanan dan merpertahankan tegaknya arah terbang. Makin kencang angin, harus makin panjang pula ekornya. Panjang ekor paling tidak tujuh kali diagonal.
Sedangkan lengkung pada layang-layang sengaja dibuat untuk menciptakan sudut terhadap arah angin, sehingga layang-layang dapat terbang stabil tanpa bantuan ekor. Layang-layang melengkung ini dipatenkan pada 1891 oleh William A. Eddy asal Amerika.
Layang-layang kotak berbentuk tiga dimensi ditemukan oleh Lawrence Hargrave dari Australia tahun 1893. Untuk menerbangkannya perlu angin yang cukup kuat dan stabil. Lain lagi dengan dengan layang-layang delta hasil temuan Francis M. Rogallo dari AS tahun 1941 yang bisa diterbangkan dengan angin sepoi-sepoi. Nenek moyang alat terbang layang ini bentuknya berupa dua permukaan segitiga yang bertemu di satu sisi dengan membentuk sudut. Pada garis pertemuan ini dipasang sirip vertikal di sebelah bawahnya. Sirip sekaligus lunas penyeimbang ini berfungsi sebagai kekang kendali yang langsung tersambung dengan benang.
Sedangkan layang-layang flexible ditemukan oleh Domina C. Jalbert dari AS tahun 1963. Jenis ini tanpa rangka, sehingga tiap bagian disambung dengan cara dijahit atau dilem sampai bentuk bisa melayang. Salah satunya parafoil kain yang serupa parasut.
Di Inggris layang-layang hanya boleh mencapai ketinggian 60 M, minimal 5 km di luar wilayah bandara.
Layang-layang kotak berperan penting dalam pengembangan pesawat, karena Orville dan Wilbur Wright menggunakan jenis ini untuk menguji teori mereka tentang pemelintiran sayap, sebelum akhirnya berhasil menemukan pesawat terbang pertama tahun 1903.
Dari berbagai sumber
Menurut dasarnya layang-layang dikelompokan menjadi lima jenis. Yang tertua, rata berbentuk jajaran genjang. Jenis ini memerlukan ekor untuk menimbulkan tahanan dan merpertahankan tegaknya arah terbang. Makin kencang angin, harus makin panjang pula ekornya. Panjang ekor paling tidak tujuh kali diagonal.
Sedangkan lengkung pada layang-layang sengaja dibuat untuk menciptakan sudut terhadap arah angin, sehingga layang-layang dapat terbang stabil tanpa bantuan ekor. Layang-layang melengkung ini dipatenkan pada 1891 oleh William A. Eddy asal Amerika.
Layang-layang kotak berbentuk tiga dimensi ditemukan oleh Lawrence Hargrave dari Australia tahun 1893. Untuk menerbangkannya perlu angin yang cukup kuat dan stabil. Lain lagi dengan dengan layang-layang delta hasil temuan Francis M. Rogallo dari AS tahun 1941 yang bisa diterbangkan dengan angin sepoi-sepoi. Nenek moyang alat terbang layang ini bentuknya berupa dua permukaan segitiga yang bertemu di satu sisi dengan membentuk sudut. Pada garis pertemuan ini dipasang sirip vertikal di sebelah bawahnya. Sirip sekaligus lunas penyeimbang ini berfungsi sebagai kekang kendali yang langsung tersambung dengan benang.
Sedangkan layang-layang flexible ditemukan oleh Domina C. Jalbert dari AS tahun 1963. Jenis ini tanpa rangka, sehingga tiap bagian disambung dengan cara dijahit atau dilem sampai bentuk bisa melayang. Salah satunya parafoil kain yang serupa parasut.
Di Inggris layang-layang hanya boleh mencapai ketinggian 60 M, minimal 5 km di luar wilayah bandara.
Layang-layang kotak berperan penting dalam pengembangan pesawat, karena Orville dan Wilbur Wright menggunakan jenis ini untuk menguji teori mereka tentang pemelintiran sayap, sebelum akhirnya berhasil menemukan pesawat terbang pertama tahun 1903.
Dari berbagai sumber
0 komentar:
Posting Komentar