Penemuan Kaum Hobbit Di Gua Liang Bua
Gua Liang Bua merupakan peninggalan Prasejarah di Indonesia. Gua ini adalah salah satu gua karst (kapur) di pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, Indonesia dan tempat penemuan manusia hobbit di Indonesia.
Gua Liang Bua sepanjang 50 meter dan lebar 40 meter dengan tinggi 25 meter ini terletak di Dusun Rampasasa Desa Liang Bua, Kecamatan Ruteng Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Di tempat ini telah ditemukan fosil manusia hobbit bersama dengan fosil Gajah Pigmi dan Kadal Raksasa Komodo yang diperkirakan hidup pada 13.000 tahun yang lalu. Fosil Manusia Hobbit dengan tinggi badan 100 cm dan berat sekitar 25 kg serta otak 380 cc (otak normal manusia modern 1.200 cc). Penemuan ini diberi nama Homo Florensensis atau manusia flores.
Gua Liang Bua diperkirakan telah ada sejak 190.000 tahun yang lalu ini berdasarkan uji labolatorium terhadap sampel sedimen dipojok selatan gua. Gua ini terbentuk dari arus sungai yang membawa bebatuan yang menembus gundukan bukit setelah melalui proses panjang batuan tersebut menjadi batuan sedimentasi. Secara geografis gua ini merupakan bentukan endokarst yang berkembang pada batu gamping yang berselingan dengan batu gamping pasiran. Batu gamping ini diperkirakan berasal dari periode Miosen tengah atau sekitar 15 juta tahun yang lampau. Kawasan kars di NTT ini sebagaimana kawasan kars di tempat lain di Indonesia juga memiliki ciri-ciri khusus yang berlainan dengan kawasan kars lainnya.
Liang Bua dan juga gua-gua di sekitarnya telah digali secara arkeologi sejak tahun 1930_an, Penemuan pada masa ini dibawa ke Leiden, Belanda. Penggalian dan Penelitian kemudian dilanjutkan oleh H.R van Heekeren pada tahun 1950_an kemudian diteruskan oleh Th Verhoeven, seorang pendeta katolik. Tim ini menemuakan kerangka manusia sangat pendek (tetapi tidak katai) di Liang Toge disamping tulang-tulang di Liang Bua, Liang Momer dan lain-lain. Kerangka-kerangka ini adalah H. Sapiens.
Para Arkeolog dari Pusat Penelitian Arkeolog Nasional (Puslit Arkenas) sejak tahun 1976 sudah melakukan secara instensif di Liang Bua. Menjelang akhir tahun 1970_an Tim yang diketahui Prof. Dr. Raden Panji Soejono bahkan telah mendapatkan temuan "spektakuler" berupa tengkorak manusia dan kerangka tubuh manusia dewasa. Bersam itu ditemukan juga kuburan fosil manusia purba lengkap dengan bekal kuburannya yang masih relatif utuh. Juga ditemukan lapisan budaya berupa artefak yang diyakini sebagai pendukung keberadaan mereka.
Di tengah ketiadaan dana, pada tahun 2001 datang tawaran kerjasama dari Australia. Mike Morwood dari University of New England memimpin tim dari Australia sedangkan RP Soejono bertindak sebagai ketua tim dari Puslit Arkenas. Setelah melakukan ekskavasi pada September 2003, Tim gabungan ini mendapatkan penemuan menakjubkan dengan ditemukannya kerangka unik yang di indisifikasi sebagai Homo Floresensis atau manusia hobbit di Liang Bua. Bersamaan dengan itu ditemukan juga perkakas batu homo erectus dan sisa-sisa tulang Stegodon (Gajah Purba) kerdil, Biawak Raksasa serta tikus besar.
Secara Geologi, wilayah Indonesia Modern merupakan pertemuan tiga lempeng benua utama yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik. Kepulauan Indonesia seperti yang ada saat ini terbentuk pada saat melelehnya es setelah berakhirnya zaman es, hanya 10.000 tahun yang lalu.
Pada masa Pletosen, ketika masih terhubung dengan Asia Daratan, Masuklah pemukim pertama dengan adanya fosil-fosil Homo Erectus manusia jawa dari masa 2 juta hingga 500.000 tahun lalu. Penemuan manusia=manusia flores di Liang Bua, membuka kemungkinan masih bertahannya Homo Erectus hingga zaman es berakhir.
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Henneke Meijer dari Smithsonian Institution dan Badan Arkeologi Indonesia menemukan kerangka berbagai jenis burung di dalam Gua Liang Bua yang hidup sekitar 17.000 tahun yang lalu. Temuan yang paling menarik dalam gua Liang Bua adalah adanya fosil burung bangau marabou (marabou Stork) yang mati di tempat itu sekitar 25.000 tahun yang lalu.Bentuknya mirip dengan burung nasar berkepala putih yang saat ini hidup di benua Afrika. Namun bentuknya jauh lebih besar. Tingginya hampit dua meter menjulang jauh lebih tinggi dari para hobbit ini yang membuat spekulasi hobbit punah dimangsa oleh burung raksasa.
Homo Sapiens diperkirakan masuk ke Indonesia sejak 100.000 tahun yang lalu melewati jalur pantai Asia dari Asia Barat dan pada sekitar 50.000 tahun yang lalu telah mencapai Pulau Papua dan Australia. Mereka yang berciri rasial berkulit gelap dan berambut ikal rapat (Negroid) menjadi nenek moyang penduduk asli Melanisia (termasuk Papua) sekarang membawa kultur Kapak Lonjong (Paleolitikum). Gelombang pendatang berbahasa Austronesia dengan Kultur Neolitikum datang secara bergelombang sejak 3.000 SM dari Cina Selatan melalui Formosa dan Philipina membawa kultur Beliung Persegi (kebudayaan dongson). Proses migrasi ini merupakan bagian dari pendudukan Pasifik. Kedatangan gelombang penduduk berciri Mongolid ini cenderung ke arah barat mendesak penduduk awal ke arah timur atau berkawin campur dengan penduduk setempat yang menajdi ciri fisik penduduk Maluku serta Nusa Tenggara. Pendatang ini serta merta membawa serta teknik-teknik pertanian termasuk bercocok tanam dengan Padi di sawah, berternak kerbau, Pengolahan perunggu dan besi, Teknik tenun ikat, Praktek-praktek Magalitikum serta pemujaan roh-roh (Animisme) serta pemujaan benda-benda keramat (Dinamisme) . Pada abad pertama SM sudah terbentuk pemukiman-pemukiman serta kerajaan-kerajaan kecil dan sangat mungkin sudah masuk kepercayaan dari India akibat hubungan perniagaan.
Untuk melihat situs manusia unik ini, anda bisa menempuhnya melalui pesawat dari Kupang (NTT) menuju Ende. Perjalanan dilanjutkan denga kendaraan roda empat menuju Ruteng selama 4 jam. Kemudian disambung menuju Dusun Rampasasa menggunakan kendaraan umum yang berjarak 13 km. Disana banyak tersedia losmen dan rumah makan untuk tempat berlibur anda.
dari berbagai sumber
dari berbagai sumber
0 komentar:
Posting Komentar